TUGAS RUTIN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar pada hakikatnya adalah
proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar
dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses tersebut
melalui berbagai pengalaman. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang
pelaku, yaitu guru dan siswa.
Keberhasilan proses pembelajaran
tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang
berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di
dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran
yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa
dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.
Untuk dapat mengembangkan model
pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang
memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model – model
pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang
efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap
perkembangan dan kondisi siswa di kelas.
Model-model pembelajaran biasanya
disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam
pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model pembelajaran didasarkan pada
teori belajar yang dikelompokan menjadi empat model pembelajaran. Model
tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai
kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jocyce & Weil berpendapat
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guruboleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
MODEL PEMBELAJARAN
Secara kharfiah model dimaknakan
sebagai suatu objek atau konsep yang di gunakan untuk merepresentasikan suatu
hal. Sesuatu yang nyata dan di konversi untuk sebuah bentuk yang lebih
komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2).
Adapun Soekamto, dkk (dalam
Nurulwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah
“kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran dan parapengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar”.
Metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang digunakan antara lain adalah :
(1) ceramah; (2) demontrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6)
pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat; (9) simposium.
Metode
pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran yang dapat
diimplemntasikan secara spesifik. Misal: penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak tekniknya akan berbeda dengan di kelas
yang jumlah siswanya sedikit. Sementara Taktik pembelajaran adalah gaya
seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing
guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang
bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus
juga seni.
Pendekatan,
strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran yang dirangkai menjadi
satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran menurut Bruce
Joyce dan Marsha Weil terdiri atas empat
kelompok yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3)
model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati
demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Dengan demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
B. MODEL PEMBELAJARAN
Beberapa model pembelajaran yang
diimplementasikan di dalam kelas adalah sebagai berikut:
1. Model Pengajaran Langsung
Pengajaran
langsung merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Model ini
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu seperti: menghapal rumus,
informasi faktual) dan pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana
melakukan seauatu) yang terstruktur baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan bertahap. Model pengajaran langsung ini disebut juga model pengajaran
aktif.
Pengajaran
langsung dapat berbentuk ceramah, demontrasi, pelatihan dan praktik serta kerja
kelompok. Pada pengajaran langsung ini dapat dilakukan belajar dengan pemodelan
tinglah laku. Belajar ini didasarkan pada teori belajar sosial. Elemen penting
yang perlu diperhatikan disini adalah sebagai berikut:
(a) Atensi,
guru memberi contoh kegiatan dengan mendemontrasikan di depan siswa. Siswa
mengamati dan kemudian mendiskusikan hasil pengamatan siswa serta kekurangan
dan kesulitan siswa dalam memahami langkah-langkah kegiatan.
(b) Retensi,
guru menjelaskan struktur langkah-langkah dan menunjukkannya pada siswa.
(c) Produksi,
siswa mendemonstrasikan langkah-langkah dan kemudian mendiskusikan hasilnya
dengan guru.
(d) Motivasi,
presentasi hasil simulasi dan mendiskusikan hasilnya.
2. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan membuat siswa bekerja
sama dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Pembelajaran
kooperatif berbeda dengan kelompok belajar konvensional. Pada belajar
kooperatif, terdapat saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling
memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif, sedangkan pada belajar
konvensional, guru saling membiarkan adanya siswa mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
1.1 Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Student Team
Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat
orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan
suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat
kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Keunggulan
dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam
kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu,
sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang
lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
STAD
terdiri dari beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Tahap – tahap tersebut
terdiri dari :
1
|
Langkah 1
|
Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara
klasikal
|
2
|
Langkah 2
|
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa yang heterogen, baik dari segi kemampuan, agama,
jenis kelamin, atau lainnya).
|
3
|
Langkah 3
|
Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi
(saling bantu membantu untuk memperdalam materi yang sudah diberikan)
|
4
|
Langkah 4
|
Guru memberikan tes individual, masing – masing
mengerjakan tes tanpa boleh saling bantu membantu diantara anggota
kelompok.
|
5
|
Langkah 5
|
Guru memberi penghargaan pada
kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar
ke skor kuis.
|
Tabel
2.3. Tahapan Pembelajaran kooperatif tipe STAD
1.2 Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw (Tim Ahli)
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang bertanggung – jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam
kelompoknya. Dalam teknik ini, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya
dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk
mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi
dan bersosialisasi.
Model pembelajaran seperti ini harus
dioptimalkan karena dapat meningkatkan kemampuan kreatif siswa dan tentunya
meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu, pembelajaran ini juga dapat
meningkatkan komunikasi siswa karena berani menyampaikan apa yang telah ia
dapat kepada kelompok lain maupun kelompok sendiri, sehingga siswa yang kurang
percaya diri untuk menyampaikan bisa di latih untuk lebih berani dengan
pembelajaran model ini. Disini,
peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar
mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Kunci tipe
Jigsaw ini adalah kemandirian setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan
informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab
dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan
informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
1.3 Pembelajaran
Kooperatif tipe Investigasi Kelompok ( Group
Investigation )
Pembelajaran
kooperatif tipe GI (Group Investigation) didasari oleh gagasan John Dewey
tentang pendidikan yang menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin
masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan
di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah – masalah sosial dan antar
pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa
mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah
itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan
menguji hipotesis.
Tahapan –
tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
a) Tahap
Pengelompokan (Grouping)
Yaitu
tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok
investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini,
yang pertama siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan
kategori-kategori topik permasalahan kemudian siswa bergabung
pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik
untuk diselidiki.
b) Tahap
Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau
tahap perencanaan tugas – tugas pembelajaran.
c) Tahap
Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation,
yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa
melakukan kegiatan sebagai berikut : pertama siswa mengumpulkan
informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan
– permasalahan yang diselidiki, kemudian masing – masing anggota
kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa
saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan
pendapat.
d) Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu
tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut
: pertama anggota kelompok menentukan pesan – pesan penting dalam
proteknya masing – masing, kemudian anggota kelompok merencanakan
apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, lalu
wakil dari masing – masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam
presentasi investigasi.
e) Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu
tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini
adalah sebagai berikut : pertama, penyajian kelompok pada
keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang
tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar,
kemudian pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan
atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.
f) Tahap Evaluasi (Evaluating)
Pada tahap evaluating atau
penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.
1.4 Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share ( TPS )
Think-Pair – Share merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas
Maryland pada tahun 1985. Think
– Pair – Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan
merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru
saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca
suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara
serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca.
Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share adalah
sebagai berikut :
a. Berpikir (Think)
: Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa
diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.
b. Berpasangan
(Pair) : Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat
menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau
penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya
guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Berbagi (Share)
: Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan – pasangan tersebut untuk
berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang
telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru
berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat
atau setengah dari pasangan – pasangan tersebut memperoleh
kesempatan untuk melapor.
3. Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Pengajaran
berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pecahan masalah dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang
dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan
lain: realistis sesuai kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa,
memupuk sifat inquiri siswa, Retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan
memecahkan masalah. Keterbatasan
model ini antara lain :
1. Persiapan pembelajaran kompleks
2. Sulit mencari problem yang relevan
3. Terjadi miss konsepsi
4. Memerlukan waktu yang lama
4. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran
kontekstual merupakan konsep yang menghubungkan antara materi pelajaran dengan
situasi siswa mendorong siswa untul membuat hubungan antra pengetahuan yang
dimilikinya dengan melibatkan tujuh komponen utama pemebelajaran kontekstual
yakni: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan dan
penilaian autentik. Pembelajaran kontekstual memiliki lima elemen belajar yang
kontrutivistik:
1) Pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada
2) Pemerolehan
pengetahuan baru
3) Pemahaman
pengetahuan
4) Mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman
5) Melakukan
refleksi terhadap strategipengembangan pengetahuan tersebut.
Secara
garis besar langkah-langkah penerapan pemeblajaran kontekstual adalah sebagai
berikut:
1)
Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2)
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri
untuk semua topik
3)
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya
4)
Menciptakan masyarakat belajar/ belajar
berkelompom
5)
Menghasilkan model sebagai contoh
pembelajaran
6)
Melakukan refleksi di akhir pertemuan
7)
Melakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara
Beberapa langkah-langkah bentuk
pembelajaran kontekstual disampaikan sebagai berikut:
1)
Kontuktivisme
Landasan pembelajaran ini adalah
bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar
pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkontruksi” bukan menerima pengetahuan. Oleh karena itu guru haris
memfasilitasi proses tersebut dengan:
·
Menjadikan pengetahuan bermakna dan
relevan bagi siswa
·
Memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan
idenya sendiri
·
Menyadarkan siswa agar menerapkan
strategi mereka sendiri dalam belajar.
2)
Inquiri
Landasan pemebelajaran inquiri
adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswa belajar
menggunakan keterampilan berpikir kritis. Siklus inquiti adalah:
·
Observasi
·
Bertanya
·
Mengajukan data
·
Pengumpulan data
·
Penyimpulan
Langkah-langkah
kegiatan inquiri adalah sebagai berikut:
·
Merumuskan masalah
·
Mengamati atau melakukan observasi
·
Menganalisis dan menyajikan hasil dalam
tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya
·
Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil
karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audiensi yang lain.
3)
Bertanya
Kegiatan bertanya bagi guru adalah
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Sedangkan
bagi siswa merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiri.
Kegiatan bertanya berguna untuk:
·
Menggali informasi baik administrasi
maupun akademis
·
Mengecek pemahaman siswa
·
Membangkitkan respon kepada siswa
·
Mengetahui sejauh mana keinginan siswa
·
Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui
siswa
·
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu
yang dikehendaki gutu
·
Membangkitkan lebih banyak lagi
pertanyaan siswa
·
Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4)
Masyarakat
belajar
Konsep masyarakat belajar menekankan
bahwa belajar diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Jika setiap otang mau
belajar bersama dengan orang lain maka setiap orang akan kaya dengan pengetahun
dan pengalaman. Masyarakat learning merupakan ciri khas pembelajaran
kontekstual.
5)
Pemodelan
Pemodelan merupaka pembelajaran
yang dilakukan melalui model yang dapat ditiru siswa. Guru atau ahli lain dapat
menjadi model bagi siswa dalam belajar.
6)
Refleksi
Regleksi adalah cara berpikir
tentang apa yang telah dan sudah dilakukan. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang
bermakna diperoleh dari proses, sehingga refleksi diperlukan pada akhir proses.
Realisasinya adalah:
·
Pernyataan langsung tentang apa-apa yang
diperolehnya hari itu
·
Kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran hari itu
·
Diskusi dan hasil karya
7)
Penilaian
Autentik
Asesmen
adalah proses pengumpulan data yang memberikan gambaran perkembangan siswa.
Gambaran perkembangan belajar siswa
perlu diketahui guru agarvbisa memastikan bahwa proses pembelajaran dialami siswa
dengan benar. Penilaian autentik tidak hanya guru tetapi juga siswa atau orang
lain.
Karakteristik penilaian autentik:
·
Dilakasanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
·
Bisa digunakan untuk formatif maupun
sumatif
·
Yang diukur keterampilan dan performansi
bukan mengingat fakta
·
Berkesinambungan
·
Teintegrasi
·
Dapat digunakan sebagai feedback
5. Pembelajaran Diskusi Kelas
Diskusi
kelas digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan berkomunikasi siswa
dan untuk meningkatkan semangat siswa terlibat di dalam pelajaran. Tujuan
pembelajaran diskusi kelas adalah untuk meningkatkan cara berpikir siswa dengan
jalan memabntu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran. Untuk menumbuhkan
keterlibatan dan partisipasi siswa dan untuk membantu siswa memiliki
keterampilan komunikasi dan proses berpikir.
Keuntungan
pembelajaran diskusi kelas, yaitu :
·
Melibatkan siswa langsung dalam proses
pembelajaran
·
Dapat menguji tingkat penguasaan bahan
pelajaran masing-masing
·
Menumbuhkan dan mengembangkan sikap
ilmiah
·
Mengajukan dan mempertahankan
pendapatnya dalam diskusi kelas akan dapat memperoleh kepercayaan akan
kemampuan diri sendiri
·
Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan
sikap sosial dan sikap demokrasi siswa.
Kelemahannya
antara lain:
·
Tergantung pada kepemimpinan dan
partisipasi anggita
·
Memerlukan keterampilan tertentun yang
belum pernah dipelajari sebelumnya
·
Dikuasai oleh beberapa siswa yang
menonjol
·
Memerlukan waktu yang banyak
·
Sulit membatasi masalah
·
Dalam diskusi kelas yang besar
kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya terbatas.
6. Strategi-Strategi Belajar
Tujuan utama pengajaran strategi
belajar adalah mengajarkan siswa untukbbelajar atas kemauan dan kemampuan
sendiri (mandiri). Strategi-strategi ini dilakukan dan digunakan yaitu:
a)
Strategi mengulang (rehearsal
strategies)
Strategi
dapat dikelompokkan atsa yang sederhana dan kompleks. Strategi sederhana
dilakukan untuk menghapal sesuatu dalam jangka waktu pendek, misalnya mengingat
nomor handphone. Untuk penyerapan bahan yang lebih kompleks diperlukan strategi
mengulang kompleks. Cara ini dapat dilakukan dengan: membuat catatan pinggir
pada buku yang dibaca, menggaris bawahi kata atau kalimat yang penting.
b)
Strategi Elaborasi
Elaborasi
merupakan proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih
bermakna, oleh karena itu membuat memori jangka pendek ke memori jangka panjang
dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan apa yang
diketahui. Caranya adalah membuat catatan singkat, dengan analogi yaitu
membandingkan kesamaan antara antara ciri-ciri pokok, PQ4R digunakan siswa
untuk mengingat apa yang dibacanya. Caranya adalah membaca dimulai dengan P
(preview) membaca selintas dengan cepat, Q adalah question (bertanya) dan 4 R
read (membaca), seflecty (refleksi), recite (tanya jawab sendiri) dan review
(mengulang secara menyeluruh).
c)
Strategi Organisasi
Hal
ini dilakukna dengan pengelompokan ulang ide-ide yang lebih kecil. Strategi ini
terdiri atas : outlining (membuat garis beaar), concept mapping (pemetaan
konsep), Mnemonics (mengingat dengan pola ingatan), chunking (potongan)
misalnya mengingat nomor telepon dengan membagi nomor atas tiga kelompok nomor,
akronim (singkatan).
d)
Strategi meta kognitif
Strategi
ini berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang dirinya sendiri dan kemampuan
mereka menggunakan strategi belajar dengan tepat.
7. Strategi PQ4R
Strategi ini dilakukan dengan mengikuti sintaks
sebagai berikut:
Tabel
6.6 : Sintaks Strategi PQ4R
Langkah-langkah
|
Tingkah
laku guru
|
Aktivitas
siswa
|
Langkah
1
Preview
|
Memberikan
bahan bacaan untuk dibaca siswa dan menginformasikan kepada siswa bagaimana
menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
|
Membaca
selintas dengan cepat dan menemukan ide pokok
|
Langkah
2
Question
|
Meminta
siswa memperhatikan makna bacaan dan memberi tugas untuk membuat pertanyaan
dari ide pokok yang ditemukan dengan menggunakan kata-kata apa, mengapa,
siapa dan bagaimana
|
Memperhatikan
penjelasan guru dan menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya
|
Langkah
3
Read
|
Memberikan
tugas kepada siswa untuk membaca dan menanggapi/menjawab pertanyaan yang
telah diausun sebelumnya
|
Membaca
secara aktif sambil memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibaca dan
menjawab pertanyaan yang dibuatnya
|
Langkah
4
Reflect
|
Menginformasikan
materi yang ada pada bahan bacaan
|
Bujan
hanya menghapal dan mengingat materi pelajaran tetapi mencoba memecahkan
masalah dari informasi yang diberikan guru dengan pengetahuan yang telah diketahui
melalui bahan bacaan
|
Langkah
5
Recite
|
Meminta
siswa membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran yang dipelajari
hari ini
|
Menanyakan
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, melihat catatan inti sari yang telah
dibuat sebelumnya, membuat inti sari dari seluruh pembahasan.
|
Langkah
6
Review
|
Menugaskan
siswa membaca inti sari yang dibuatnya dari rincian ide pokok yang ada dalam
benaknya
Meminta
siswa membaca kembali bahan bacaan, kjika masih belum yakin dengan jawabannya
|
Membaca
inti sari yang telah dibuatnya
Membaca
kembali bahan bacaan siswa jika masih belum yakin akan jawaban yang telah
dibuatnya
|
8. Strategi Belajar Peta Konsep
Peta
konsep adalah ilustrasi grafis konsep yang mengidentifikasikan bagaimana sebuah
konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama.
Konsep-konsep dihubungkan oleh proposi sebagai bentuk hubungan antar konsep.
Peta
konsep dapat berbentuk pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chains), konsep siklus (cycle concept) map dan peta konsep laba-laba
(spider concept map).
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penggunaan model pembelajaran yang
tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran,
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan
kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa
mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap
– tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
yang sedikit berbeda.
Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok –
kelompok. Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa
dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial.
Pembelajaran Kooperatif memiliki
beberapa tipe diantaranya :
·
Tipe Jigsaw (Tim Ahli)
·
Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation)
·
Tipe STAD (Student Team Achievement
Division)
·
Tipe Think Pair Share (TPS)
Pengajaran berbasis masalah
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah dan keterampilan intelektual ; belajar berbagai peran orang dewasa
melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lain :
realistis sesuai kehidupan manusia, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa,
memupuk sifat inkuiri siswa, retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan
memecahkan masalah.
Pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku:
Milfayetty,
Sri, dkk. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan: Pps Unimed
Website:
http://bintunjannah.blogspot.com/2015/12/makalah-model-pembelajaran.html?m=1