Sabtu, 17 November 2018

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


TUGAS RUTIN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses tersebut melalui berbagai pengalaman. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. 
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model – model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa di kelas.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jocyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guruboleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Secara kharfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang di gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di konversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2).
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang digunakan antara lain adalah : (1) ceramah; (2) demontrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat; (9) simposium.
Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran yang dapat diimplemntasikan secara spesifik. Misal: penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak tekniknya akan berbeda dengan di kelas yang jumlah siswanya sedikit. Sementara Taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni.
Pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran menurut Bruce Joyce  dan Marsha Weil terdiri atas empat kelompok yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Dengan demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
B.      MODEL PEMBELAJARAN
Beberapa model pembelajaran yang diimplementasikan di dalam kelas adalah sebagai berikut:
1.       Model Pengajaran Langsung
Pengajaran langsung merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Model ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu seperti: menghapal rumus, informasi faktual) dan pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan seauatu) yang terstruktur baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap. Model pengajaran langsung ini disebut juga model pengajaran aktif.
Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demontrasi, pelatihan dan praktik serta kerja kelompok. Pada pengajaran langsung ini dapat dilakukan belajar dengan pemodelan tinglah laku. Belajar ini didasarkan pada teori belajar sosial. Elemen penting yang perlu diperhatikan disini adalah sebagai berikut:
(a)     Atensi, guru memberi contoh kegiatan dengan mendemontrasikan di depan siswa. Siswa mengamati dan kemudian mendiskusikan hasil pengamatan siswa serta kekurangan dan kesulitan siswa dalam memahami langkah-langkah kegiatan.
(b)     Retensi, guru menjelaskan struktur langkah-langkah dan menunjukkannya pada siswa.
(c)     Produksi, siswa mendemonstrasikan langkah-langkah dan kemudian mendiskusikan hasilnya dengan guru.
(d)     Motivasi, presentasi hasil simulasi dan mendiskusikan hasilnya.
2.       Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan membuat siswa bekerja sama dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok belajar konvensional. Pada belajar kooperatif, terdapat saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif, sedangkan pada belajar konvensional, guru saling membiarkan adanya siswa mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. 
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
1.1     Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
STAD terdiri dari beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Tahap – tahap tersebut terdiri dari :
1
Langkah 1
Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara klasikal
2
Langkah 2
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa yang heterogen, baik dari segi kemampuan, agama, jenis kelamin, atau lainnya).
3
Langkah 3
Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi (saling bantu membantu untuk memperdalam materi yang sudah diberikan)
4
Langkah 4
Guru memberikan tes individual, masing – masing  mengerjakan tes tanpa boleh saling bantu membantu diantara anggota kelompok.
5
Langkah 5


Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke skor kuis.
Tabel 2.3. Tahapan Pembelajaran kooperatif tipe STAD



1.2       Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw (Tim Ahli)
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif  yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung – jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya. Dalam teknik ini, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi.
Model pembelajaran seperti ini harus dioptimalkan karena dapat meningkatkan kemampuan kreatif siswa dan tentunya meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu, pembelajaran ini juga dapat meningkatkan komunikasi siswa karena berani menyampaikan apa yang telah ia dapat kepada kelompok lain maupun kelompok sendiri, sehingga siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan bisa di latih untuk lebih berani dengan pembelajaran model ini. Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah kemandirian setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
1.3     Pembelajaran Kooperatif tipe Investigasi Kelompok ( Group Investigation )
Pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan yang menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah – masalah sosial dan antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis. 
Tahapan – tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
a)      Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini, yang pertama siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori  topik permasalahan kemudian siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki.  
b)      Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas – tugas pembelajaran.
c)       Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut :  pertama siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan – permasalahan yang diselidiki, kemudian masing – masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.  
d)      Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut :  pertama anggota kelompok menentukan pesan – pesan penting dalam proteknya masing – masing, kemudian  anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, lalu wakil dari masing – masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
e)       Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut :  pertama, penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian,  kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, kemudian pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. 
f)       Tahap Evaluasi (Evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.
1.4     Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ( TPS )
Think-Pair – Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think – Pair – Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share  adalah sebagai berikut :
a.       Berpikir (Think) : Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.
b.       Berpasangan (Pair) : Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c.       Berbagi (Share) : Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan – pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasangan – pasangan  tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
3.       Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pecahan masalah dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lain: realistis sesuai kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inquiri siswa, Retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan memecahkan masalah. Keterbatasan model ini antara lain :
1.      Persiapan pembelajaran kompleks
2.      Sulit mencari problem yang relevan
3.      Terjadi miss konsepsi
4.      Memerlukan waktu yang lama
4.       Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang menghubungkan antara materi pelajaran dengan situasi siswa mendorong siswa untul membuat hubungan antra pengetahuan yang dimilikinya dengan melibatkan tujuh komponen utama pemebelajaran kontekstual yakni: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian autentik. Pembelajaran kontekstual memiliki lima elemen belajar yang kontrutivistik:
1)      Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2)      Pemerolehan pengetahuan baru
3)      Pemahaman pengetahuan
4)      Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
5)      Melakukan refleksi terhadap strategipengembangan pengetahuan tersebut.
Secara garis besar langkah-langkah penerapan pemeblajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
1)             Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2)             Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3)             Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4)             Menciptakan masyarakat belajar/ belajar berkelompom
5)             Menghasilkan model sebagai contoh pembelajaran
6)             Melakukan refleksi di akhir pertemuan
7)             Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Beberapa langkah-langkah bentuk pembelajaran kontekstual disampaikan sebagai berikut:
1)      Kontuktivisme
Landasan pembelajaran ini adalah bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkontruksi” bukan menerima pengetahuan. Oleh karena itu guru haris memfasilitasi proses tersebut dengan:
·           Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
·           Memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan idenya sendiri
·           Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2)      Inquiri
Landasan pemebelajaran inquiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis. Siklus inquiti adalah:
·           Observasi
·           Bertanya
·           Mengajukan data
·           Pengumpulan data
·           Penyimpulan



Langkah-langkah kegiatan inquiri adalah sebagai berikut:
·           Merumuskan masalah
·           Mengamati atau melakukan observasi
·           Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya
·           Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audiensi yang lain.
3)      Bertanya
Kegiatan bertanya bagi guru adalah untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Sedangkan bagi siswa merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiri. Kegiatan bertanya berguna untuk:
·           Menggali informasi baik administrasi maupun akademis
·           Mengecek pemahaman siswa
·           Membangkitkan respon kepada siswa
·           Mengetahui sejauh mana keinginan siswa
·           Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
·           Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki gutu
·           Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan siswa
·           Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4)      Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar menekankan bahwa belajar diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Jika setiap otang mau belajar bersama dengan orang lain maka setiap orang akan kaya dengan pengetahun dan pengalaman. Masyarakat learning merupakan ciri khas pembelajaran kontekstual.
5)      Pemodelan
Pemodelan merupaka pembelajaran yang dilakukan melalui model yang dapat ditiru siswa. Guru atau ahli lain dapat menjadi model bagi siswa dalam belajar.
6)      Refleksi
Regleksi adalah cara berpikir tentang apa yang telah dan sudah dilakukan. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses, sehingga refleksi diperlukan pada akhir proses. Realisasinya adalah:
·           Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
·           Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
·           Diskusi dan hasil karya
7)      Penilaian Autentik
Asesmen adalah proses pengumpulan data yang memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar  siswa perlu diketahui guru agarvbisa memastikan bahwa proses pembelajaran dialami siswa dengan benar. Penilaian autentik tidak hanya guru tetapi juga siswa atau orang lain.
Karakteristik penilaian autentik:
·           Dilakasanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
·           Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
·           Yang diukur keterampilan dan performansi bukan mengingat fakta
·           Berkesinambungan
·           Teintegrasi
·           Dapat digunakan sebagai feedback
5.       Pembelajaran Diskusi Kelas
Diskusi kelas digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan berkomunikasi siswa dan untuk meningkatkan semangat siswa terlibat di dalam pelajaran. Tujuan pembelajaran diskusi kelas adalah untuk meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan memabntu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran. Untuk menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa dan untuk membantu siswa memiliki keterampilan komunikasi dan proses berpikir.


Keuntungan pembelajaran diskusi kelas, yaitu :
·      Melibatkan siswa langsung dalam proses pembelajaran
·      Dapat menguji tingkat penguasaan bahan pelajaran masing-masing
·      Menumbuhkan dan mengembangkan sikap ilmiah
·      Mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi kelas akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri
·      Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokrasi siswa.
Kelemahannya antara lain:
·         Tergantung pada kepemimpinan dan partisipasi anggita
·         Memerlukan keterampilan tertentun yang belum pernah dipelajari sebelumnya
·         Dikuasai oleh beberapa siswa yang menonjol
·         Memerlukan waktu yang banyak
·         Sulit membatasi masalah
·         Dalam diskusi kelas yang besar kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya terbatas.
6.       Strategi-Strategi Belajar
Tujuan utama pengajaran strategi belajar adalah mengajarkan siswa untukbbelajar atas kemauan dan kemampuan sendiri (mandiri). Strategi-strategi ini dilakukan dan digunakan yaitu:
a)             Strategi mengulang (rehearsal strategies)
Strategi dapat dikelompokkan atsa yang sederhana dan kompleks. Strategi sederhana dilakukan untuk menghapal sesuatu dalam jangka waktu pendek, misalnya mengingat nomor handphone. Untuk penyerapan bahan yang lebih kompleks diperlukan strategi mengulang kompleks. Cara ini dapat dilakukan dengan: membuat catatan pinggir pada buku yang dibaca, menggaris bawahi kata atau kalimat yang penting.

b)             Strategi Elaborasi
Elaborasi merupakan proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan apa yang diketahui. Caranya adalah membuat catatan singkat, dengan analogi yaitu membandingkan kesamaan antara antara ciri-ciri pokok, PQ4R digunakan siswa untuk mengingat apa yang dibacanya. Caranya adalah membaca dimulai dengan P (preview) membaca selintas dengan cepat, Q adalah question (bertanya) dan 4 R read (membaca), seflecty (refleksi), recite (tanya jawab sendiri) dan review (mengulang secara menyeluruh).
c)             Strategi Organisasi
Hal ini dilakukna dengan pengelompokan ulang ide-ide yang lebih kecil. Strategi ini terdiri atas : outlining (membuat garis beaar), concept mapping (pemetaan konsep), Mnemonics (mengingat dengan pola ingatan), chunking (potongan) misalnya mengingat nomor telepon dengan membagi nomor atas tiga kelompok nomor, akronim (singkatan).
d)            Strategi meta kognitif
Strategi ini berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang dirinya sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi belajar dengan tepat.
7.       Strategi PQ4R
Strategi ini dilakukan dengan mengikuti sintaks sebagai berikut:
Tabel 6.6 : Sintaks Strategi PQ4R
Langkah-langkah
Tingkah laku guru
Aktivitas siswa
Langkah 1
Preview
Memberikan bahan bacaan untuk dibaca siswa dan menginformasikan kepada siswa bagaimana menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
Membaca selintas dengan cepat dan menemukan ide pokok
Langkah 2
Question
Meminta siswa memperhatikan makna bacaan dan memberi tugas untuk membuat pertanyaan dari ide pokok yang ditemukan dengan menggunakan kata-kata apa, mengapa, siapa dan bagaimana
Memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya
Langkah 3
Read
Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan menanggapi/menjawab pertanyaan yang telah diausun sebelumnya
Membaca secara aktif sambil memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibaca dan menjawab pertanyaan yang dibuatnya
Langkah 4
Reflect
Menginformasikan materi yang ada pada bahan bacaan
Bujan hanya menghapal dan mengingat materi pelajaran tetapi mencoba memecahkan masalah dari informasi yang diberikan guru dengan pengetahuan yang telah diketahui melalui bahan bacaan
Langkah 5
Recite
Meminta siswa membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran yang dipelajari hari ini
Menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, melihat catatan inti sari yang telah dibuat sebelumnya, membuat inti sari dari seluruh pembahasan.
Langkah 6
Review
Menugaskan siswa membaca inti sari yang dibuatnya dari rincian ide pokok yang ada dalam benaknya

Meminta siswa membaca kembali bahan bacaan, kjika masih belum yakin dengan jawabannya
Membaca inti sari yang telah dibuatnya



Membaca kembali bahan bacaan siswa jika masih belum yakin akan jawaban yang telah dibuatnya

8.       Strategi Belajar Peta Konsep
Peta konsep adalah ilustrasi grafis konsep yang mengidentifikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Konsep-konsep dihubungkan oleh proposi sebagai bentuk hubungan antar konsep.
Peta konsep dapat berbentuk pohon jaringan  (network tree), rantai kejadian (events chains), konsep siklus (cycle concept) map dan peta konsep laba-laba (spider concept map).





BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap – tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa tipe diantaranya :
·           Tipe Jigsaw (Tim Ahli)
·           Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation)
·           Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
·           Tipe Think Pair Share (TPS)
Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual ; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lain : realistis sesuai kehidupan manusia, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inkuiri siswa, retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan memecahkan masalah.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Milfayetty, Sri, dkk. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan: Pps Unimed
Website:
http://bintunjannah.blogspot.com/2015/12/makalah-model-pembelajaran.html?m=1